Jono adalah seorang pria yang sedang berkepala lima akan tetapi satu
persatu anaknya pergi meninggalkan Jono dan istrinya, mereka tidak tahan
dengan kondisi ekonomi keluarganya.
Jono termenung tak berdaya, pandangannya kosong yang di pikirnya hanya
satu bagaimana ia mendapatkan uang dan tidur pulas di rumah bersama Tini
istrinya dan Riko anaknya yang masih tersisa, ia tak berani pulang ke
rumah dengan tangan hampa sebab jika pulang ia hanya mendapatkan cacian
dari sang istri bahkan ia di suruh tidur di luar rumah, sebenarnya Jono
tak tahan lagi atas perlakuan Tini, namun apa daya nasi telah menjadi
bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya ,Ibu Jono melarang Jono
berhubungan dengan Tini,Ibu Jono tidak suka dengan sikap Tini yang
sombong dan tak sopan itu akan tetapi Jono memperdulikannya, ia hanya
ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik
yaitu Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan
seorang pria yang selalu memakai kaca mata minues, selain
hidupnya sengsara,ia pun sudah di coret dalam buku harta warisan orang
tuanya,bahkan ia menikah tanpa restu dan kehadiran sang Ibu yang dulu di
sayangnya.
Dua jam berlalu, Jono masih dalam posisinya, duduk dan memandangi
bintang di langit berharap bintang itu jatuh kemudian ia dapat berdoa
agar seseorang dapat membantu kesusahannya.Dua jam yang tak sia-sia
tiba-tiba benda asing jatuh dari langit,melihat peristiwa tersebut
sontak membuat Jono terkejut, ia beranggapan bahwa benda asing itu
adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir panjang Jono
segera memanjatkan doanya.
“wahai bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan
ini, berilah jalan keluar untuk ku”,harapannya yang keluar dari mulut
manisnya, meski ia masih percaya dengan Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone yang di ikat kuat
menggunakan gelang karet di permukaannya berbunyi dengan nada yang
beraturan, senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori otaknya masih
mengingat istri dan anaknya.
“semoga saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi kini beranjak naik
merangkul benda kotak kecil itu di saku bajunya, sebuah pesan singkat
dari seseorang yang tak asing dipikirannya.
JONO TOLONG PULANG KE RUMAH, IBU MU SAKIT PARAH
Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak berubah,aliran
darahnhya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris belati
tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes
hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik
menjadi bumerang untuk hidupnya.
“wahai bintang !,mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku
harapkan,mengapa kau tega kepada ku?,menambah beban di hidup
ku”,protesnya seraya membentangkan kedua tangannya,wajahnya menatap ke
atas langit memberi ekpresi kesal, seolah tak terima dengan berita buruk
yang telah ia dapatkan.
Derai air mata yang pada saat itu terus mengalir membasahi
pipinya,mengingatkannya saat ia membuat segores luka di hati ibu nya,
mendorong sang ibu hingga terjatuh dan akhirnya Ayah mengusirnya bersama
istrinya,mungkinkah ini balasan untuk ku ?, ataukah buah dari perbuatan
ku selama ini kepada Ibu,pikirnya dalam hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang sangat membutuhkan
kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima
kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.













